Prosa Kinan
Dear Kamu
Agustus 30, 2016
Dulu, ketika mentari masih
kulihat diufuk barat, ada sebuah perasaan yang sangat indah. Perasaan itu
tercipta sendiri ketika aku beranjak remaja.
Kepada kamu yang
aku tidak tahu siapa itu. Aku lemah berjalan sendirian. Aku tak bisa terus
sendiri menopang beban masalahku. Bisakah kamu muncul lalu membantuku untuk
berjalan.
Kepada kamu yang
aku tidak tahu siapa itu. Aku terlalu bosan menunggu hal yang tidak pasti,
hingga aku mulai tidak suka dengan proses menunggu, bagiku menunggu itu adalah
pekerjaan yang paling tidak enak. Tapi, ketika aku tidak suka, aku tetap saja
harus menunggu seseorang yang akan menggabungkan separuh hati yang sudah
disediakan oleh Tuhan.
Kepada kamu yang
aku tidak tahu siapa itu, bisakah kamu melihatkan bayanganmu saja, agar aku
tahu bahwa kamu benar-benar ada. Tapi bagaimana caranya? Aku juga tidak suka
berharap kepada sesuatu yang sama sekali tidak bisa aku gapai. Aku terkadang
suka berharap dalam mimpiku agar kamu benar-benar hadir. Tapi percuma, semua
itu tidak nyata.
Kepada kamu, jika
nanti kamu benar-benar mulai ingin muncul dalam kehidupanku. Mungkin aku tidak
akan banyak meminta. Aku hanya ingin rasa sakit menjadi tawa, aku hanya ingin
air mata menjadi senyuman, aku hanya ingin kalimat janji berubah menjadi bukti,
agar aku percaya bahwa kamu benar-benar inginkan aku ada disini tanpa ingin
melihat punggungku (kepergianku)
Jika waktu itu telah tiba,
bisakah kamu pegang erat tanganku? Bisakah kamu hapus air mataku? Bisakah kamu
ada disampingku? Menjadi teman, sahabat didalam hidupku.
Aku tidak tahu,
kenapa setiap hari didalam kebahagiaanku selalu ada ruang kosong yang
seakan-akan sepi padahal aku selalu tertawa. Aku sering mencari ruang kosong
itu, berulang kali aku salah ruang, berulang kali aku diusir pergi, kadang diperlakukan
baik atau sebaliknya.
Kamu tahu, sudah
berapa banyak aku terluka? Tidak perlu dihitung. Luka itu hanya akan menjadi
kenangan bagiku. Aku tidak ingin membuka sebuah perban yang ingin sembuh, aku
takut jika nanti perban itu terbuka, aku tidak ingin maju. Aku takut nanti aku
selalu berjalan ditempat.
Kepada kamu, Mungkin aku tidak
suka menunggu tetapi itu harus. . .
0 komentar