Dear Kamu

           Dulu, ketika mentari masih kulihat diufuk barat, ada sebuah perasaan yang sangat indah. Perasaan itu tercipta sendiri ketik...



           Dulu, ketika mentari masih kulihat diufuk barat, ada sebuah perasaan yang sangat indah. Perasaan itu tercipta sendiri ketika aku beranjak remaja.

Kepada kamu yang aku tidak tahu siapa itu. Aku lemah berjalan sendirian. Aku tak bisa terus sendiri menopang beban masalahku. Bisakah kamu muncul lalu membantuku untuk berjalan.
Kepada kamu yang aku tidak tahu siapa itu. Aku terlalu bosan menunggu hal yang tidak pasti, hingga aku mulai tidak suka dengan proses menunggu, bagiku menunggu itu adalah pekerjaan yang paling tidak enak. Tapi, ketika aku tidak suka, aku tetap saja harus menunggu seseorang yang akan menggabungkan separuh hati yang sudah disediakan oleh Tuhan.
Kepada kamu yang aku tidak tahu siapa itu, bisakah kamu melihatkan bayanganmu saja, agar aku tahu bahwa kamu benar-benar ada. Tapi bagaimana caranya? Aku juga tidak suka berharap kepada sesuatu yang sama sekali tidak bisa aku gapai. Aku terkadang suka berharap dalam mimpiku agar kamu benar-benar hadir. Tapi percuma, semua itu tidak nyata.
Kepada kamu, jika nanti kamu benar-benar mulai ingin muncul dalam kehidupanku. Mungkin aku tidak akan banyak meminta. Aku hanya ingin rasa sakit menjadi tawa, aku hanya ingin air mata menjadi senyuman, aku hanya ingin kalimat janji berubah menjadi bukti, agar aku percaya bahwa kamu benar-benar inginkan aku ada disini tanpa ingin melihat punggungku (kepergianku)

Jika waktu itu telah tiba, bisakah kamu pegang erat tanganku? Bisakah kamu hapus air mataku? Bisakah kamu ada disampingku? Menjadi teman, sahabat didalam hidupku.

Aku tidak tahu, kenapa setiap hari didalam kebahagiaanku selalu ada ruang kosong yang seakan-akan sepi padahal aku selalu tertawa. Aku sering mencari ruang kosong itu, berulang kali aku salah ruang, berulang kali aku diusir pergi, kadang diperlakukan baik atau sebaliknya.

Kamu tahu, sudah berapa banyak aku terluka? Tidak perlu dihitung. Luka itu hanya akan menjadi kenangan bagiku. Aku tidak ingin membuka sebuah perban yang ingin sembuh, aku takut jika nanti perban itu terbuka, aku tidak ingin maju. Aku takut nanti aku selalu berjalan ditempat.

Kepada kamu, Mungkin aku tidak suka menunggu tetapi itu harus. . .

You Might Also Like

0 komentar