Kinan Story
Manusia Es-ku (Bukan Milikku)
Agustus 10, 2018
Mendefenisikan tentang dia, sama
sepertinya saat aku menggenggam sebuah es. Dingin bukan? Ya, sangat dingin. Mungkin
begitulah dia. Sosok yang begitu dingin, misterius, cuek, bahkan sangat kurang
peduli. Tapi ntah mengapa, sosok dingin itu yang membuat aku sangat tertarik
untuk mengetahui dan bertanya pada diri sendiri, kenapa dia begitu dingin dan
kenapa dia begitu hebat melunakkan hati yang tadinya ingin segera aku bekukan.
Ini bukan
tentang perasaan, tapi hanya tentang hati yang begitu ingin mengagumi manusia
es ini. Aku tak tahu bagaimana aku bertemu dengannya, aku masih ingat jelas ia
duduk dengan diam, membisu dan terlihat sangat kalem, tapi siapa sangka sosok
yang pertama kali aku lihat bisa membuat aku sangat-sangat ilfiel. Jika ada yang bertanya, kenapa aku bisa ilfiel saat pertama kali bertemu
dengannya, jawabanku sederhana. Aku tidak suka melihat laki-laki yang begitu
pendiam. Namun saat ada lagi yang bertanya padaku, kenapa bisa begitu peduli
padanya sekarang? Jawabannya juga sangat sederhana, dia berhasil menghancurkan
rasa ilfielku dan berhasil
meruntuhkan egoku.
Ketika aku
menulis ini, sejujurnya tidak pernah sama sekali terlintas di dalam pikiranku
bagaimana cara menyayanginya, bagaimana cara peduli padanya, bagaimana cara
mencari perhatiannya atau bagaimana cara merindukannya. Sama sekali tidak
pernah aku rencanakan. Lalu bagaimana bisa, sekarang aku sayang padanya,
sekarang aku peduli padanya, sekarang aku selalu ingin mencari perhatiannya dan
sekarang aku sering merindukannya. Bagaimana cara aku menikmati semua ini? Menikmati
rasa dengan manusia es yang setiap hari selalu membuat aku benar-benar masih ilfiel.
Mungkin kalian
tidak pernah percaya, sejak pertama kali aku mengetahui namanya, mengetahui
bentuk wajahnya, aku tidak pernah berbicara dengannya. Kalau aku tidak lupa,
satu semester aku tidak pernah ingin berbicara atau menyapanya. Aku jahat? Tidak,
aku hanya tidak mengenalinya, karena sebelum dia berhasil melunakkan hati yang
akan aku bekukan, aku sedang bahagia bersama orang lain. Hah, ini hanya orang
lain yang sudah lama aku hapus setelah kehadiran manusia es ini.
Saat aku
menulis ini, aku akan cerita bahwa dia bukan seperti es yang dingin, sesekali
dia akan mencair atau membeku lagi. Dia seperti manusia yang memiliki dua
kepribadian. Suatu hari dia bisa menjadi sangat peduli, membuatku seperti
satu-satunya perempuan yang sedang bahagia. Namun terkadang suatu hari dia bisa
menjadi begitu sangat dingin, sangat cuek, bahkan aku merasa dia seperti tidak
mengenaliku. Aku tidak pernah marah, karena aku tidak pernah memaksanya untuk
menjadi seseorang yang begitu dekat denganku, maka aku juga tidak pernah
melarang jika ia menjadi berbeda.
Beberapa orang bilang bahwa dia
tidak baik, dan beberapa orang lagi bilang bahwa dia hanya laki-laki yang
bermulut manis, atau sesekali aku juga mendengar orang menilainya sebagai bad boy.
Aku tidak pernah kesal ketika
orang membicarakannya, sebab aku begitu senang ketika ia sendiri bercerita
bagaimana masa lalunya. Aku bukan tidak percaya orang lain, hanya saja aku
memang tidak suka menjadi manusia yang mudah terhasut dan percaya dengan
kata-kata yang aku sendiri tidak tahu kebenarannya.
Suatu kali aku pernah kecewa
padanya, mungkin karena aku terlanjur sayang aku pernah ingin melepaskannya. Rasanya
sakit sekali, menjadi satu-satunya perempuan yang bodoh dan kenapa saat itu aku
tidak percaya orang lain? Namun akhirnya aku tidak menyalahkan siapa-siapa, aku
tahu Tuhan tak mungkin sembarangan mengatur perasaan makhluknya. Sama seperti
rasaku pada si manusia es ini.
Aku akan mengakui sesuatu yang
mungkin tidak semua orang mengetahuinya. Dia baik, ah aku bukan karena sayang
berbicara seperti ini, tapi aku merasakan kebaikannya. Dia memang tidak
perhatian tapi sesekali dia bisa peduli, ya walaupun hanya sepersekian
kepedulian dari dirinya. Dia bukan laki-laki romantis tapi sesekali dia
berhasil membuat hatiku berdetak lebih kencang dan tersenyum sendirian. Dia bukan
laki-laki humoris tapi sesekali dia selalu berhasil membuat aku tertawa. Dia tak
sempurna, sama sepertiku. Tapi ada saja kelebihannya yang terlihat di mataku. Jika
saat ini kalian bertanya padaku, apakah aku bahagia mengenalinya, jawabannya
singkat, ya aku sangat bahagia.
Aku sangat berterimakasih kepada
Tuhan, telah menciptakan manusia es ini, dia seseorang yang bukan milikku namun
terasa dekat denganku. Seseorang yang bisa saja diambil oleh orang lain kapan
saja, seseorang yang bisa memilih pergi dariku kapan saja, seseorang yang bisa
menyakitiku kapan saja, dan seseorang yang bisa saja akan berubah beberapa
tahun kemudian. Dialah orangnya. Semua kemungkinan ini bisa saja terjadi, namun
aku hanya minta pada Tuhan, untuk jangan pernah merubah sifat dinginnya.
Suatu hari dia pernah bilang,
apakah dia harus berubah, apakah sifatnya harus sama saat menghubungiku dan
saat bertemu denganku. Aku tidak ingin dia berubah, aku tidak ingin melihat dia
menjadi manusia yang berbeda, aku hanya ingin dia menjadi manusia es yang
terasa hangat di hidupku.
Terlalu lebay ketika aku
mendefenisikannya, namun aku jujur menilainya.
. . .
Hai, kamu. Terimakasih sudah ingin mengenaliku. Terimakasih sudah ingin
menjadi temanku. Terimakasih telah mengobati sebuah luka yang terjadi beberapa
waktu yang lalu. Terimakasih telah berhasil menumbuhkan bunga yang bermekaran
di dalam hidupku. Jika suatu hari nanti, ada yang berbeda dari kita, aku tidak
akan menyalahkan siapa-siapa. Aku akan mengenangmu menjadi sosok yang begitu
hangat di hidupku. Jujur saja, kini aku terlalu bersemangat untuk menyayangimu,
walau aku tahu resiko kehilangan juga besar di hidupku. Banyak kemungkinan yang
bisa terjadi, tapi aku tak pernah memikirkan resiko itu, aku hidup hari ini
dengan bahagia hari ini juga. Keesokan harinya jika aku tidak bahagia aku tidak
akan mencarimu.
Terimakasih, sebab hingga detik ini kamu masih bersedia menjadi
laki-laki yang paling dekat denganku...
0 komentar