Manusia Es-ku (Bukan Milikku)

Mendefenisikan tentang dia, sama sepertinya saat aku menggenggam sebuah es. Dingin bukan? Ya, sangat dingin. Mungkin begitulah dia. ...



Mendefenisikan tentang dia, sama sepertinya saat aku menggenggam sebuah es. Dingin bukan? Ya, sangat dingin. Mungkin begitulah dia. Sosok yang begitu dingin, misterius, cuek, bahkan sangat kurang peduli. Tapi ntah mengapa, sosok dingin itu yang membuat aku sangat tertarik untuk mengetahui dan bertanya pada diri sendiri, kenapa dia begitu dingin dan kenapa dia begitu hebat melunakkan hati yang tadinya ingin segera aku bekukan. 

Ini bukan tentang perasaan, tapi hanya tentang hati yang begitu ingin mengagumi manusia es ini. Aku tak tahu bagaimana aku bertemu dengannya, aku masih ingat jelas ia duduk dengan diam, membisu dan terlihat sangat kalem, tapi siapa sangka sosok yang pertama kali aku lihat bisa membuat aku sangat-sangat ilfiel. Jika ada yang bertanya, kenapa aku bisa ilfiel saat pertama kali bertemu dengannya, jawabanku sederhana. Aku tidak suka melihat laki-laki yang begitu pendiam. Namun saat ada lagi yang bertanya padaku, kenapa bisa begitu peduli padanya sekarang? Jawabannya juga sangat sederhana, dia berhasil menghancurkan rasa ilfielku dan berhasil meruntuhkan egoku.


Ketika aku menulis ini, sejujurnya tidak pernah sama sekali terlintas di dalam pikiranku bagaimana cara menyayanginya, bagaimana cara peduli padanya, bagaimana cara mencari perhatiannya atau bagaimana cara merindukannya. Sama sekali tidak pernah aku rencanakan. Lalu bagaimana bisa, sekarang aku sayang padanya, sekarang aku peduli padanya, sekarang aku selalu ingin mencari perhatiannya dan sekarang aku sering merindukannya. Bagaimana cara aku menikmati semua ini? Menikmati rasa dengan manusia es yang setiap hari selalu membuat aku benar-benar masih ilfiel. 
Mungkin kalian tidak pernah percaya, sejak pertama kali aku mengetahui namanya, mengetahui bentuk wajahnya, aku tidak pernah berbicara dengannya. Kalau aku tidak lupa, satu semester aku tidak pernah ingin berbicara atau menyapanya. Aku jahat? Tidak, aku hanya tidak mengenalinya, karena sebelum dia berhasil melunakkan hati yang akan aku bekukan, aku sedang bahagia bersama orang lain. Hah, ini hanya orang lain yang sudah lama aku hapus setelah kehadiran manusia es ini. 
Saat aku menulis ini, aku akan cerita bahwa dia bukan seperti es yang dingin, sesekali dia akan mencair atau membeku lagi. Dia seperti manusia yang memiliki dua kepribadian. Suatu hari dia bisa menjadi sangat peduli, membuatku seperti satu-satunya perempuan yang sedang bahagia. Namun terkadang suatu hari dia bisa menjadi begitu sangat dingin, sangat cuek, bahkan aku merasa dia seperti tidak mengenaliku. Aku tidak pernah marah, karena aku tidak pernah memaksanya untuk menjadi seseorang yang begitu dekat denganku, maka aku juga tidak pernah melarang jika ia menjadi berbeda.

Beberapa orang bilang bahwa dia tidak baik, dan beberapa orang lagi bilang bahwa dia hanya laki-laki yang bermulut manis, atau sesekali aku juga mendengar orang menilainya sebagai bad boy.
Aku tidak pernah kesal ketika orang membicarakannya, sebab aku begitu senang ketika ia sendiri bercerita bagaimana masa lalunya. Aku bukan tidak percaya orang lain, hanya saja aku memang tidak suka menjadi manusia yang mudah terhasut dan percaya dengan kata-kata yang aku sendiri tidak tahu kebenarannya.

Suatu kali aku pernah kecewa padanya, mungkin karena aku terlanjur sayang aku pernah ingin melepaskannya. Rasanya sakit sekali, menjadi satu-satunya perempuan yang bodoh dan kenapa saat itu aku tidak percaya orang lain? Namun akhirnya aku tidak menyalahkan siapa-siapa, aku tahu Tuhan tak mungkin sembarangan mengatur perasaan makhluknya. Sama seperti rasaku pada si manusia es ini. 


Aku akan mengakui sesuatu yang mungkin tidak semua orang mengetahuinya. Dia baik, ah aku bukan karena sayang berbicara seperti ini, tapi aku merasakan kebaikannya. Dia memang tidak perhatian tapi sesekali dia bisa peduli, ya walaupun hanya sepersekian kepedulian dari dirinya. Dia bukan laki-laki romantis tapi sesekali dia berhasil membuat hatiku berdetak lebih kencang dan tersenyum sendirian. Dia bukan laki-laki humoris tapi sesekali dia selalu berhasil membuat aku tertawa. Dia tak sempurna, sama sepertiku. Tapi ada saja kelebihannya yang terlihat di mataku. Jika saat ini kalian bertanya padaku, apakah aku bahagia mengenalinya, jawabannya singkat, ya aku sangat bahagia.

Aku sangat berterimakasih kepada Tuhan, telah menciptakan manusia es ini, dia seseorang yang bukan milikku namun terasa dekat denganku. Seseorang yang bisa saja diambil oleh orang lain kapan saja, seseorang yang bisa memilih pergi dariku kapan saja, seseorang yang bisa menyakitiku kapan saja, dan seseorang yang bisa saja akan berubah beberapa tahun kemudian. Dialah orangnya. Semua kemungkinan ini bisa saja terjadi, namun aku hanya minta pada Tuhan, untuk jangan pernah merubah sifat dinginnya.

Suatu hari dia pernah bilang, apakah dia harus berubah, apakah sifatnya harus sama saat menghubungiku dan saat bertemu denganku. Aku tidak ingin dia berubah, aku tidak ingin melihat dia menjadi manusia yang berbeda, aku hanya ingin dia menjadi manusia es yang terasa hangat di hidupku.
Terlalu lebay ketika aku mendefenisikannya, namun aku jujur menilainya.

. . .

Hai, kamu. Terimakasih sudah ingin mengenaliku. Terimakasih sudah ingin menjadi temanku. Terimakasih telah mengobati sebuah luka yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Terimakasih telah berhasil menumbuhkan bunga yang bermekaran di dalam hidupku. Jika suatu hari nanti, ada yang berbeda dari kita, aku tidak akan menyalahkan siapa-siapa. Aku akan mengenangmu menjadi sosok yang begitu hangat di hidupku. Jujur saja, kini aku terlalu bersemangat untuk menyayangimu, walau aku tahu resiko kehilangan juga besar di hidupku. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, tapi aku tak pernah memikirkan resiko itu, aku hidup hari ini dengan bahagia hari ini juga. Keesokan harinya jika aku tidak bahagia aku tidak akan mencarimu.
Terimakasih, sebab hingga detik ini kamu masih bersedia menjadi laki-laki yang paling dekat denganku...
 

You Might Also Like

0 komentar