Kinan Story
Pelajaran Dari Kalimat Sok-Sok
Januari 08, 2017
Berat sama dijinjing, ringan sama dipikul. Itu adalah pepatah yang sering sekali aku dengar ketika aku minta tolong suatu hal.
Aku masuk ke organisasi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Gagasan bukan karena paksaan dari siapa-siapa. Bahkan aku sama sekali tidak ada mengikuti teman-teman. Disaat teman-teman kemarin menghasut untuk masuk sanggar kesenian, aku belok sendiri ke stand LPM Gagasan.
Menjadi Wartawan, Jurnalis Pemula. Tidak mudah. Banyak sekali rintangan yang harus di hadapi. Mulai dari narasumber yang lebih pintar, narasumber yang suka ngomong diulang-ulang, narasumber yang senang di puji, bahkan ada narasumber yang senang di wawancarai untuk tenar. Setiap manusia nggak ada yang sama.
Saat turun ke lapangan, biasanya aku memakai tanda wartawan. Yaitu kartu pers yang menunjukkan bahwa aku wartawan dari Gagasan yang sedang meliput.
Disini juga cobaan,
Kartu pers yang ukurannya cuma sebesar Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) kalau dipakai, pasti banyak mahasiswa lain yang buat gosip murahan. Aku sering sekali jadi korbannya. Pernah waktu itu aku turun ke lapangan dan mengharuskan aku untuk memakai kartu pers, dan tiba-tiba ketemu sama teman, langsung deh dia ngomong begini,
"kinan, kamu pakai kayak gini kelihatan kali sok-sok nya"
Ya ampunnnnnnnn! Aku di bilang sok-sok ? Semudah itukah kalian menilai aku saat memakai Kartu Pers ? Lalu apalagi penilaian kalian saat aku melepas kartu pers ?
Kartu Pers Itu memang hanya terbuat dari kertas, yang di laminating, dan aku letakkan pada tempatnya. Kartu Pers itu memang tidak ada harganya, bahkan tidak mahal. Kartu Pers itu memang tidak bagus, bahkan tidak menarik.
Tapi kalian harus tahu, dengan Kartu Pers itu aku belajar untuk menjaga nama baik, belajar beretika saat berbicara, belajar menunggu, belajar mencari, belajar datang ketempat yang sama walau bosan, belajar menghargai, belajar sabar, belajar lari-lari pas terlambat menemui narasumber, belajar disiplin, belajar ramah, belajar ngomong, belajar kenalan sama orang baru, belajar berani ketemu Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, Presiden Mahasiswa, Gubernur, Bupati dan lain-lain. Sampai belajar menghargai pas dimarah sama Cleaning Service (CS).
Kartu Pers itu 'Kecil' tapi sebuah tanggung jawabnya besar yang aku bawa. Kartu Pers itu 'tidak bagus' tapi aku menjadi terbiasa mengkoreksi diri.
Kalian harus tahu, kalimat "Sok-sok" yang kalian ucapkan itu tidak akan bernilai apa-apa dibandingkan nilai Kartu Pers itu sendiri buat aku. Dengan Kartu Pers itu aku banyak mendapat pelajaran berharga. Pelajaran yang tidak aku dapati di kelas.
Pepatah benar "Semakin tinggi pohon tumbuh, maka semakin kencang pula angin yang menggoyangkan nya"😚
Aku masuk ke organisasi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Gagasan bukan karena paksaan dari siapa-siapa. Bahkan aku sama sekali tidak ada mengikuti teman-teman. Disaat teman-teman kemarin menghasut untuk masuk sanggar kesenian, aku belok sendiri ke stand LPM Gagasan.
Menjadi Wartawan, Jurnalis Pemula. Tidak mudah. Banyak sekali rintangan yang harus di hadapi. Mulai dari narasumber yang lebih pintar, narasumber yang suka ngomong diulang-ulang, narasumber yang senang di puji, bahkan ada narasumber yang senang di wawancarai untuk tenar. Setiap manusia nggak ada yang sama.
Saat turun ke lapangan, biasanya aku memakai tanda wartawan. Yaitu kartu pers yang menunjukkan bahwa aku wartawan dari Gagasan yang sedang meliput.
Disini juga cobaan,
Kartu pers yang ukurannya cuma sebesar Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) kalau dipakai, pasti banyak mahasiswa lain yang buat gosip murahan. Aku sering sekali jadi korbannya. Pernah waktu itu aku turun ke lapangan dan mengharuskan aku untuk memakai kartu pers, dan tiba-tiba ketemu sama teman, langsung deh dia ngomong begini,
"kinan, kamu pakai kayak gini kelihatan kali sok-sok nya"
Ya ampunnnnnnnn! Aku di bilang sok-sok ? Semudah itukah kalian menilai aku saat memakai Kartu Pers ? Lalu apalagi penilaian kalian saat aku melepas kartu pers ?
Kartu Pers Itu memang hanya terbuat dari kertas, yang di laminating, dan aku letakkan pada tempatnya. Kartu Pers itu memang tidak ada harganya, bahkan tidak mahal. Kartu Pers itu memang tidak bagus, bahkan tidak menarik.
Tapi kalian harus tahu, dengan Kartu Pers itu aku belajar untuk menjaga nama baik, belajar beretika saat berbicara, belajar menunggu, belajar mencari, belajar datang ketempat yang sama walau bosan, belajar menghargai, belajar sabar, belajar lari-lari pas terlambat menemui narasumber, belajar disiplin, belajar ramah, belajar ngomong, belajar kenalan sama orang baru, belajar berani ketemu Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, Presiden Mahasiswa, Gubernur, Bupati dan lain-lain. Sampai belajar menghargai pas dimarah sama Cleaning Service (CS).
Kartu Pers itu 'Kecil' tapi sebuah tanggung jawabnya besar yang aku bawa. Kartu Pers itu 'tidak bagus' tapi aku menjadi terbiasa mengkoreksi diri.
Kalian harus tahu, kalimat "Sok-sok" yang kalian ucapkan itu tidak akan bernilai apa-apa dibandingkan nilai Kartu Pers itu sendiri buat aku. Dengan Kartu Pers itu aku banyak mendapat pelajaran berharga. Pelajaran yang tidak aku dapati di kelas.
Pepatah benar "Semakin tinggi pohon tumbuh, maka semakin kencang pula angin yang menggoyangkan nya"😚
0 komentar