Akhirnya Aku Mengikhlaskan

Akhirnya aku pun harus belajar lagi. Belajar berdiri dari luka-luka yang tak kunjung sembuh. Luka yang hampir mengering namun terkoyak ...


Akhirnya aku pun harus belajar lagi.
Belajar berdiri dari luka-luka yang tak kunjung sembuh. Luka yang hampir mengering namun terkoyak lagi.
Aku harus belajar menahan air mataku, disaat ia benar-benar ingin jatuh, mencoba menghentikannya, padahal aku tahu itu sulit.
Aku harus belajar tersenyum sendirian, saat di sekelilingku mulai tertawa. Aku tertinggal perihal soal bahagia.

Akhirnya aku harus melepasmu.
Membiarkan kamu berjalan sendirian untuk mencari pendamping-pendamping yang mampu membuatmu tersenyum.
Berat memang melepaskan genggaman tanganmu yang masih ingin ku genggam.
Berat memang membiarkanmu berjalan duluan di depanmu.

Aku harus belajar ikhlas.
Walau itu benar-benar sulit.
Aku berusaha mencoba menenangkan hatiku, agar tak merasakan perih yang teramat dalam.
Aku benar-benar harus ikhlas, sesulit apapun aku menerima kepergianmu.

Akhirnya aku melepasmu, walau aku tak pernah relakan itu.
Melepasmu sama dengan melepas bahagiaku. Belum tentu dengan yang lain aku sanggup bahagia. Belum tentu dengan yang lain aku bisa tertawa. Ahh rasanya kenyamanan ini benar-benar tak ingin ku hapuskan.

Akhirnya aku memang harus mengikhlaskan. Disaat kakimu memang tak ingin tetap tinggal. Disaat ragamu tak ingin disisiku. Disaat hatimu tak ingin kusayangi. Aku akan mencoba belajar untuk sebuah pengikhlasan.
Rasanya aku memang tak pantas untuk tetap menahanmu di sampingmu. Aku tak pantas menjadi egois untukmu, sementara aku sama sekali tak bisa membuatmu bahagia.

Yaaa.
Aku akan ikhlas melepasmu.
Memberikan ruang yang lebar untuk kamu berjalan kearah yang kamu inginkan. Kamu memang tak pernah meninggalkan aku, aku tahu itu. Hanya saja tak ada lagi medan magnet yang bisa menyatukan kita.
Ku ikhlaskan.

Bahagialah bersama harapan-harapanmu.
Bahagialah bersama inginmu.
Bahagialah disana.
Bahagialah...

Mengikhlaskanmu untuk pergi bukan berarti aku juga berhenti untuk menjadi bagian ceritamu. Aku masih disini, masih dalam raga dan hatiku yang sama. Aku masih tetap menitipkan salam pada Tuhan untukmu.

Pesanku, bahagialah sebahagia-bahagianya.

Terima kasih sudah mengajarkan aku untuk berdiri lagi. Untuk mengobati luka-luka hati yang tak terlihat itu.

Sebelum kamu benar-benar jauh dariku, lihat aku sekali saja ke belakang. Lihatlah senyum terakhirku untukmu. Terima kasih sudah pernah masuk dalam cerita-ceritaku. Kamu kini hanya kenang yang tak akan terulang.

You Might Also Like

0 komentar